Isnin, 5 Jun 2017

Aku Menyesal Menikah dengan Suamiku

Gambar Hiasan

Aku seorang ibu rumah tangga, sekarang usiaku sudah 37 tahun. Kisah ini adalah cerita sedih tentang perjalanan rumah tanggaku. Aku menyesal menikah dengan suamiku tapi nasi sudah menjadi bubur, hidup terus berjalan dan aku menerima semuanya dengan ikhlas.

Saat usiaku 15 tahun,  Ayah dan Ibuku menjodohkanku dengan seorang pemuda desa, anak kenalan ayahku. Karena aku merasa masih kecil, aku tidak setuju dengan perjodohan itu. Aku ingat betapa ayah dan ibuku kecewa dengan keputusanku. Yang kutahu, pemuda itu tetap menungguku sampai aku siap tapi aku tetap tidak mau menikah dengannya.

Aku merasa memiliki tanggung jawab untuk menentukan jalan hidupku sendiri, termasuk siapa laki-laki yang menjadi suamiku kelak. Saat duduk di bangku SMEA, aku jatuh cinta dengan seorang pria, kakak kelasku. Tamat SMEA aku dan dia menikah.

Saat itu aku tahu orang tuaku sangat berat mengijinkan aku menikah dengan orang lain, sebab pemuda calon mereka masih setia menungguku. Tapi mereka tak bisa menolak saat aku memaksa menikah dengan pria pilihanku. Dan akhirnya di usia 22 tahun aku resmi menikah.

Kehidupan pernikahanku biasa saja. Tahun berganti tahun dan tidak terasa kami sudah menikah selama 9 tahun. Kami juga sudah dikaruniai 2 orang anak yang lucu-lucu. Sayangnya di tahun kesembilan itu, sikap suamiku mulai berubah. Saat itu cerita sedih kehidupanku mulai bergulir.

Aku betul-betul merasakan yang namanya sakit di hati. Pekerjaan suamiku yang kebanyakan di luar kota menyebabkan dia mudah tergoda dengan wanita lain. Semuanya bermula dari desas-desus tetangga yang sering melihat suamiku membonceng wanita lain. Setelah kuselidiki ternyata benar, suamiku berselingkuh.

Aku masih berusaha sabar dan menganggapnya sebagai cobaan yang biasa terjadi di setiap rumah tangga. Tapi suamiku melakukannya lagi dan lagi. Setidaknya sudah ada dua wanita yang datang ke rumah mencari suamiku. Mereka mengaku sebagai pacar suamiku.

Wanita-wanita itu masih muda dan modis. Aku keki di depan mereka. Tapi aku berusaha bertahan karena aku mempunyai dua orang anak yang masih kecil. Aku tidak mau perkembangan mereka terganggu karena ulah Ayahnya yang bejat.

Untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, terkadang aku disuruh berutang oleh suamiku ke siapa saja yang kami kenal. Tentu saja dia tidak bisa membiayai rumah tangga kami jika seluruh gajinya habis dia berikan ke selingkuhannya.

Selama lima tahun, rumah tanggaku di hiasi dengan perselingkuhan suamiku. Terkadang dia membawa pulang foto-foto dirinya di hotel bersama lontenya. Hatiku hancur tapi jika aku melawan, dia malah menamparku dan menyebutku wanita sampah.

Hari-hari yang kulalui penuh dengan cerita sedih dan airmata. Semua hal-hal gembira yang kurasakan selalu disapu oleh rasa sedih saat berada di rumah. Aku sudah tak tahan dan tidak bisa lagi mempercayai suamiku.

Akhirnya aku meminta cerai. Tapi suamiku tidak mau menceraikanku. Aku bingung dia maunya apa. Jika tidak mau bercerai kenapa dia selalu menyakitiku. Yang pasti di dalam hatiku sudah tidak ada cinta untuk suamiku, yang tersisa adalah dendam membara.

Masih aku ingat, saat itu hari Sabtu, 30 Juni 2012. Aku diundang ke acara sunatan keponakan pemuda yang pernah dijodohkan denganku dulu. Aku datang ke acara itu dan bertemu dengan seluruh keluarganya. Ayah pemuda itu dan Ayahku memang berteman akrab. Aku ditarik dan mengobrol lama dengan Ayahnya. Pemuda itu, sebut saja namanya Yas juga bergabung dan kami berbincang-bincang cukup lama.

Aku sudah menikah, Yas pun sudah beristri. Tapi aku dipesan oleh orang tua Yas supaya jangan memutus silaturahmi diantara keluarga kami. Akhirnya aku bertukar nomor handphone dengan Yas. Dan malamnya Yas menelponku dan mengungkapkan kerinduan dan cintanya yang tak pernah luntur walau pernah aku tolak dulu.

Esok harinya, aku dan Yas janjian bertemu di sebuah restauran dan tak kuduga Yas membawa seperangkat perhiasan emas lengkap dengan surat pembeliannya.  Katanya, perhiasan ini yang dulu dia persiapkan menjadi mahar perkawinan kami. Dengan sangat memohon Yas memintaku menerimanya. Total berat emas itu 60 gram.

Selepas hari itu, kami bertambah akrab. Aku menikmati hari-hari yang bahagia dan indah bersama Yas. Shoping, jalan-jalan atau sekedar menemaninya ke pasar. Aku senang dan dompetkupun selalu penuh. Aku percaya dengan cintanya karena selama tiga bulan kami dekat, kami tidak pernah melakukan hubungan badan, dia sangat sopan kepadaku, meski sesekali kami berciuman di mobil.

Sayang beribu sayang, istri Yas menemukan Hp khusus yang sering digunakan Yas menghubungiku, dan semuanya harus berakhir. Yas dan keluarganya tetap memintaku menjalin hubungan persaudaraan dengannya tapi tidak bisa lagi sebagai kekasih. Aku menangisi perpisahan itu.

Perhiasan yang diberi Yas aku jual dan belikan sapi dua ekor. Aku titip ke orang dengan sistem bagi hasil. Sekarang aku masih hidup bersama suamiku tapi tingkah lakunya semakin aneh. Dia seperti orang kesurupan, kadang meraung seperti macan dan kadang juga seperti orang sekarat.

Mungkin itu adalah akibat perbuatannya dulu yang selalu menyakiti perasaan wanita. Yang pasti meski hidup bersamanya, aku sudah tidak bisa lagi mencintai suamiku. Hatiku sudah milik Yas… dan jika masih ada kesempatan akan aku tunggu dudanya.

Sumber



✍ Sumber Pautan : ☕ Siakapkeli

Kredit kepada pemilik laman asal dan sekira berminat untuk meneruskan bacaan sila klik link atau copy paste ke web server : http://ift.tt/2qXdjmh

(✿◠‿◠)✌ Mukah Pages : Pautan Viral Media Sensasi Tanpa Henti. Memuat-naik beraneka jenis artikel menarik setiap detik tanpa henti dari pelbagai sumber. Selamat membaca dan jangan lupa untuk 👍 Like & 💕 Share di media sosial anda!



LinkMalaysia News